ABORTUS IMMINENS
PENDAHULUAN
Abortus
imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan menyebabkan beban
emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan meningkatkan risiko
keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah (BBLR), kematian
perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD) namun tidak
ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus imminens
ditentukan karena terjadi perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri
eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau tidak sama sekali, serviks
tertutup, dan janin masih hidup. Meskipun dokter umum maupun spesialis
kandungan sering melihat kondisi tersebut, penatalaksanaan abortus imminens
pada umumnya secara empiris. Tinjauan pustaka ini membahas bukti-bukti upaya
pencegahan,
DEFINISI
Abortus
imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada setengah awal
kehamilan.
Abortus
imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks
tertutup.
Abortus
imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia kehamilan kurang
dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal dengan atau tanpa nyeri
abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup.
abortus
imminens adalah terjadi perdarahan berccak yang menunjukkan ancaman bagi
kelangsungan suatu kehamilan. dan dalam kondisi ini kehamilan mungkin berlanjut
dan dipertahankan.
PENYEBAB
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,
menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kromosom, misalnya lain
trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya
terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan
endokrin atau sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi,
virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
d. uterus terlalu cepat teregang
(kehamilan ganda dan kehamilan mola)
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis
terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi
sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut seperti
pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun
kronik seperti, anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan
penyakit menahun seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genitalis, misalnya
retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus. Terutama
retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang
peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang
tidak dijahit.
5. antagonis rhesus, darah ibu yang
melalui plasenta marusak darah fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang
berakibat meninggalnya fetus.
6. perangsangan pada ibu yang menyebabkan
uterus berkintraksi. misalnya sangat terkejut, obat obatan uterotonika,
ketakutan, laparotomi, dll. dan juga karena trauma langsung terhadap fetus
seperti selaput janin rusak karena instrument, benda dan obat obatan.
PATOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan
dalam decidua basalis,diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya.Hal tersebut
menyebabkanhasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakanbenda asing didalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterusberkontraksi
untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
hasil konsepsi biasanyadikeluarkan seluruhnya, karena vili koreales belum
menembus desiduaterlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
telahmasuk agak tinggi, karena plasenta tidak dikeluarkan secara utuhsehingga
banyak terjadi perdarahan.
Pada kehamilan 14 minggu keatas, yang
umumnya bila kantongketuban pecah maka disusul dengan pengeluaran janin dan
plasentayang telah lengkap terbentuk.Perdarahan tidak banyak terjadi
jikaplasenta terlepas dengan lengkap.Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan
dalam berbagai bentuk.Ada kalanya janin tidak tampak didalam kantong ketuban
yang disebutblighted ovum, mungkin pula janin telah mati lama disebut
missedabortion. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktusingkat,
maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isiuterus dinamakan mola
kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneosaapabila pigmen darah diserap sehingga
semuanya tampak sepertidaging.
Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi
agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang diserap. Dalam
tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus
papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak
dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak
menjadi lembek, dan seluruh janin berwarna kemerahmerahan (Sarwono, 2008).
TANDA DAN GEJALA
Adanya
perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri
perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung
belakang yang semakin hari bertambah
buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterusmembesar sesuai usia kehamilan.
DIAGNOSIS
a. Tanda dan gejala abortus imminens
b. Pemeriksaan dalam: serviks tertutup,
perdarahan dapat terlihat dari ostium, tidak ada kelainan pada serviks, tidak
terdapat nyeri goyang serviks atau adneksa
c. Tes kehamilan positif, dan
d. Pemeriksaan USG tampak janin masih
hidup.
KOMPLIKASI ABORTUS
Komplikasi yang berbahaya pada abortus
adalah perdarahan,perforasi, infeksi, syok, dan gagal ginjal akut.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan
pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat
terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi
peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya,
perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya
dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus
inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis.Apabila infeksi menyebar lebih jauh,
terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi
karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi berat (syok endoseptik).Gagal
ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek
infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu.Bentuk syok bakterial yang sangat
berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif.Setiap kali terjadi
infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif,
maka gagal ginjal pasti terjadi.Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana
untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolik
menjadi berat (Cunningham, 2005).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) Transvaginal Observasi
Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan
USG transvaginal penting untukmenentukan apakah janin viabel atau nonviabel dan
membedakan antara kehamilanintrauteri, ekstrauteri, mola, atau missedabortion.Jika
perdarahan berlanjut, ulangipemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudianuntuk
mengetahui viabilitas janin.Jika hasilpemeriksaan meragukan, pemeriksaan
dapatdiulang 1-2 minggu kemudian.USG dapat digunakan untuk mengetahuiprognosis.
Pada umur kehamilan tujuhminggu, fetal pole dan aktifi tas jantung
janindapat terlihat. Aktivitas jantung seharusnyatampak dengan USG saat panjang
fetal poleminimal lima milimeter. Bila kantong gestasiterlihat,
keguguran dapat terjadi pada 11,5%pasien. Kantong gestasi kosong dengan
diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan21mm pada usia gestasi delapan
minggumemiliki angka keguguran 90,8%.1 Apabilaterdapat yolk sac, angka
keguguran 8,5%;dengan embrio 5mm, angka keguguranadalah 7,2%; dengan embrio
6-10mm angkakeguguran 3,2%; dan apabila embrio 10mm,angka keguguran hanya
0,5%.Angka keguguran setelah kehamilan 14minggu kurang lebih 2,0%. Pemeriksaanukuran
kantong gestasi transvaginal bergunauntuk menentukan viabilitas
kehamilanintrauteri. Diameter kantong rata-rata lebihdari 13mm tanpa yolk
sac atau diameterrata-rata lebih dari 17mm tanpa mudigahdiprediksikan
nonviabilitas pada semua kasus
dengan spesifi sitas dan nilai
prediksi positif100%. Adanya hematoma subkorionik tidakberhubungan dengan
prognosis buruk.Bradikardia janin dan perbedaan antara usiakehamilan
berdasarkan HPHT dengan hasilpemeriksaan USG menunjukkan prognosisburuk. Data
prospektif menyebutkan, bahwajika terdapat satu diantara tiga faktor
risiko(bradikardia janin, perbedaan antara kantungkehamilan dengan panjang crown
to rump, danperbedaan antara usia kehamilan berdasarkanHPHT dan pemeriksaan
USG lebih dari satuminggu) meningkatkan presentase kejadiankeguguran dari 6%
menjadi 84%. Penelitianprospektif pada umumnya menunjukkanpresentase kejadian
keguguran 3,4-5,5% jikaperdarahan terjadi setelah jantung janin
mulaiberaktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantungjanin dengan USG di
pelayanan kesehatanprimer memberikan presentase berlanjutnyakehamilan hingga
lebih dari 20 minggu sebesar 97%.
BIOKIMIA SERUM IBU
Kadar human chorionic gonadotropin(hCG)
kuantitatif serial
Evaluasi
harus mencakup pemeriksaan hCGserial kecuali pasien mengalami
kehamilanintauterin yang terdokumentasi dengan USG,untuk mengeliminasi
kemungkinan kehamilanektopik. Kadar hCG kuantitatif serial diulangsetelah 48
jam digunakan untuk mendiagnosiskehamilan ektopik, mola, abortus imminens,dan missed
abortion. Kadar hCG serumwanita hamil yang mengalami kegugurandiawali
dengan gejala abortus imminens padatrimester pertama, lebih rendah
dibandingkanwanita hamil dengan gejala abortus imminensyang kehamilannya
berlanjut atau denganwanita hamil tanpa gejala abortus imminens.Sebuah
penelitian prospektif menunjukkanbahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/mldapat
digunakan untuk membedakan antaranormal (kontrol dan abortus imminens
namunkehamilan berlanjut) dan abnormal (abortusimminens yang mengalami
kegugurandan kehamilan tuba), dengan sensitifi tasangka prediksi positif 88,3%
dan 82,6%.Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, padawanita yang mengalami
abortus imminensnamun kehamilannya berlanjut, lebih tinggidibandingkan pada
wanita yang akhirnyamengalami keguguran. Namun penelitian hanya melibatkan 24
wanita dengan abortusimminens dan tidak memberikan data tentangaktivitas
jantung janin.
Kadar
hormon progesteron relatif stabil padatrimester pertama, sehingga pemeriksaan
tunggal dapat digunakan untuk
menentukanapakah kehamilan viabel; kadar kurang dari5 ng/mL menunjukkan
prognosis kegagalankehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 mg/mL
menunjukkan kehamilan yangviabel dengan sensitivitas 100%.1,8
PENCEGAHAN
1. Vitamin, diduga mengonsumsi
vitaminsebelum atau selama awal kehamilan dapatmengurangi risiko keguguran,
namun dari28 percobaan yang dilakukan ternyata haltersebut tidak terbukti.
2. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatalcare,
merupakan intervensi lengkap padawanita hamil yang bertujuan untuk mencegahatau
mengidentifi kasi dan mengobati kondisiyang mengancam kesehatan fetus/bayi
barulahir dan/atau ibu, dan membantu wanitadalam menghadapi kehamilan dan
kelahiransebagai pengalaman yang menyenangkan.Penelitian observasional
menunjukkan bahwaANC mencegah masalah kesehatan pada ibudan bayi. Pada suatu
penelitian menunjukkan,kurangnya kunjungan rutin ibu hamildengan risiko rendah
tidak meningkatkanrisiko komplikasi kehamilan namun hanyamenurunkan kepuasan
pasien. Perdarahanpada kehamilan disebabkan oleh banyakfaktor yang dapat
didentifi kasi dari riwayatkehamilan terdahulu melalui konseling dananamnesis.
Pada penelitian Herbst, dkk(2003), ibu hamil yang tidak melakukan ANCmemiliki
risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran premature.
PENATALAKSANAAN AKTIF PADA ABORTUS
IMMINENS
Efektivitas
penatalaksanaan aktif masihdipertanyakan, karena umumnya penyebababortus
imminens adalah kromosom abnormalpada janin. Meskipun banyak
penelitianmenyatakan tidak ada terapi yang efektifuntuk abortus imminens,
penatalaksanaanaktif pada umumnya terdiri atas:
1. Tirah Baring
Tirah baring merupakan unsur penting
dalampengobatan abortus imminens karena cara inimenyebabkan bertambahnya aliran
darah keuterus dan berkurangnya rangsang mekanik.Pada suatu penelitian, 1228
dari 1279 (96%)dokter umum meresepkan istirahat padaperdarahan hebat yang
terjadi pada awalkehamilan, meskipun hanya delapan darimereka yang merasa hal
tersebut perlu, danhanya satu dari tiga orang yang yakin haltersebut bekerja
baik.
Sebuah penelitian randomised
controlled trial(RCT) tentang efek tirah baring pada abortusimminens
menyebutkan bahwa 61 wanitahamil yang mengalami perdarahan pada usiakehamilan
kurang dari delapan minggu yangviabel, secara acak diberi perlakuan
berbedayaitu injeksi hCG, plasebo atau tirah baring.Persentase terjadinya
keguguran dari ketigaperlakuan tersebut masing-masing 30%, 48%,and 75%.
Perbedaan signifikan tampak antarakelompok injeksi hCG dan tirah baring
namunperbedaan antara kelompok injeksi hCGdan plasebo atau antara kelompok placebo
dan tirah baring tidak signifikan. Meskipunpada penelitian tersebut hCG
menunjukkanhasil lebih baik dibandingkan tirah baring,namun ada kemungkinan
terjadi sindromhiperstimulasi ovarium, dan mengingatterjadinya abortus imminens
dipengaruhibanyak faktor, tidak relevan dengan fungsiluteal, menjadikan hal
tersebut sebagaipertimbangan untuk tidak melanjutkanpenelitian tentang
penggunaan hCG.Dalam sebuah penelitian retrospektif pada226 wanita yang dirawat
di RS dengan keluhanakibat kehamilannya dan abortus imminens,16% dari 146
wanita yang melakukan tirahbaring mengalami keguguran, dibandingkandengan
seperlima wanita yang tidakmelakukan tirah baring. Sebaliknya, sebuahstudi
kohort observasional terbaru dari 230wanita dengan abortus imminens
yangdirekomendasikan tirah baring menunjukkanbahwa 9,9% mengalami keguguran dan
23,3%baik-baik saja (p=0,03). Lamanya perdarahanvagina, ukuran hematoma dan
usia kehamilansaat diagnosis tidak mempengaruhi tingkatterjadinya keguguran.
Meskipun tidak ada buktipasti bahwa istirahat dapat mempengaruhijalannya
kehamilan, membatasi aktivitasselama beberapa hari dapat membantu wanitamerasa
lebih aman, sehingga memberikanpengaruh emosional. Dosisnya 24-48 jamdiikuti
dengan tidak melakukan aktivitas berat,namun tidak perlu membatasi aktivitas ringansehari-hari.
2. Abstinensia
Abstinensia
sering kali dianjurkan dalampenanganan abortus imminens, karena padasaat
berhubungan seksual, oksitoksin disekresioleh puting atau akibat stimulasi
klitoris,selain itu prostaglandin E dalam semen dapatmempercepat pematangan
serviks danmeningkatkan kolonisasi mikroorganisme divagina.
3. Progestogen
Progestogen
merupakan substansi yangmemiliki aktivitas progestasional atau memiliki efek
progesteron, diresepkan pada13-40% wanita dengan abortus imminens.Progesteron merupakan
produk utama korpusluteum dan berperan penting pada persiapanuterus untuk
implantasi, mempertahankanserta memelihara kehamilan. Sekresiprogesteron yang
tidak adekuat padaawal kehamilan diduga sebagai salah satupenyebab keguguran
sehingga suplementasiprogesteron sebagai terapi abortus imminensdiduga dapat
mencegah keguguran, karenafungsinya yang diharapkan dapat menyokong defisiensi
korpus luteum gravidarum dan
membuat uterus relaksasi. Sebagian
besar ahlitidak setujunamun mereka yang setujumenyatakan bahwa harus ditentukan
dahuluadanya kekurangan hormon progesteron.
Salah
satu preparat progestogen adalahdydrogesterone, Meskipun tidak ada bukti
kuat tentangmanfaatnya namun progestogen disebutkandapat menurunkan kontraksi
uterus lebih
cepat daripada tirah baring,
terlepasdari kemungkinan bahwa pemakaiannyapada abortus imminens mungkin
dapatmenyebabkan missed abortion, progestogenpada penatalaksanaan
abortus imminenstidak terbukti memicu timbulnya hipertensikehamilan atau
perdarahan antepartum yangmerupakan efek berbahaya bagi ibu. Selain
itu,penggunaan progestogen juga tidak terbuktimenimbulkan kelainan
kongenital.Sebaiknyadilakukan penelitian dengan jumlah lebihbesar untuk
memperkuat kesimpulan.
4. hCG
(human chorionic gonadotropin)
hCG
diproduksi plasenta dan diketahuibermanfaat dalam mempertahankan
kehamilan.Karena itu, hCG digunakan padaabortus imminens untuk
mempertahankankehamilan. Namun, hasil tiga penelitianyang melibatkan 312
partisipan menyatakantidak ada cukup bukti tentang efektivitaspenggunaan hCG
pada abortus imminensuntuk mempertahankan kehamilan. Meskipuntidak terdapat
laporan efek sampingpenggunaan hCG pada ibu dan bayi, diperlukanpenelitian
lanjutan yang lebih berkualitastentang pengaruh hCG pada keguguran.7
5. Antibiotik
hanya jika ada tanda Infeksi
Penelitian
retrospektif pada 23 wanitadengan abortus imminens pada usia awaltrimester
kehamilan, mendapatkan 15 orang(65%) memiliki flora abnormal vagina. Tujuhdari
16 orang mendapatkan amoksisilinditambah klindamisin dan tiga dari tujuhwanita
tersebut mengalami perbaikan, tidakmengalami nyeri abdomen dan perdarahan
vaginal tanpa kambuh.Disimpulkan bahwaantibiotik dapat digunakan sebagai terapi
dantidak manimbulkan anomali bayi.
6. Relaksan otot uterus
Buphenine
hydrochloride merupakanvasodilator
yang juga digunakan sebagairelaksan otot uterus, pada penelitianRCT menunjukkan
hasil yang lebih baikdibandingkan penggunaan plasebo, namunmetode penelitian
ini tidak jelas, dan tidak adapenelitian lain yang mendukung pemberiantokolisis
pada awal terjadinya abortusimminens.1 Cochrane Library menyebutkan
tidak ada cukup bukti yang
menunjukkanefektivitas penggunaan relaksan otot uterusdalam mencegah abortus
imminens.
7. Profi laksis Rh (rhesus)
Konsensus
menyarankan pemberianimunoglobulin anti-D pada kasus perdarahansetelah 12
minggu kehamilan atau kasusdengan perdarahan gejala berat mendekati12 minggu.
PROGNOSIS
Abortus
imminens merupakan salah satufaktor risiko keguguran, kelahiran prematur,BBLR,
perdarahan antepartum, KPD dan kematian perinatal.Namun, tidak
ditemukankenaikan risiko bayi lahir cacat.Macam danlamanya perdarahan
menentukan prognosiskehamilan.Prognosis menjadi kurang baik bilaperdarahan
berlangsung lama, nyeri perutyang disertai pendataran serta pembukaanserviks.
Terimakasiih mbak artikelnya sangat bermanfaat..
BalasHapusdaftar pustakanya tdk ada ?
BalasHapusdalil nya apa yang membuat daftar pustaka ada
HapusKok ga ada daftar pustaka?
BalasHapus