KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE
1.
KLIMAKTERIUM
Istilah klimakterium berasal dari
kata Yunani yang berarti “anak tangga” dan mengandung hubungan yang sama dengan
menopause seperti istilah pubertas dengan menarche. Klimakterium merujuk pada
waktu dalam kehidupan seorang wanita yang dikenal kaum awam sebagai “perubahan
hidup”.
Klimakterium adalah masa yang
bermula dari tahap reproduksi sampai berakhir pada awal senium, yaitu pada
wanita berumur 40 – 65 tahun. Fase klimakterium adalah masa
peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non
reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat
dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala menopouse. Periode ini dapat
berlangsung antara 5 tahun sebelum dan sesudah menopause. Pada fase ini fungsi
reproduksi wanita menurun. Masa-masa klimakterium :
1)
Pra menopause : Masa antara usia 40 tahun dan dimulainya siklus haid
tidak teratur
2)
Perimenopause
(klimakterium) : Masa perubahan antara premenopause dan
menopause, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dan disertai pula
dengan perubahan-perubahan fisiologik, termasuk juga masa 12 bulan setelah
menopause.
3)
Menopause : Haid terakhir yang masih dikendalikan oleh fungsi
hormone ovarium
4)
Pasca menopause : adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah
menopause (kartini kartono.1992)
2.
MENOPAUSE
Menopause didefinisikan secara
klinis sebagai suatu periode ketika seorang wanita tidak lagi mengalami
menstruasi karena produksi hormonnya berkurang atau berhenti. Menopause
merupakan suatu fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan
berhentinya masa subur.
Gambar wanita ketika
menopause
Istilah menopause pertama kali
digunakan pada tahun 1972. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu meno
yang berarti bulan dan paussis yang berarti berhenti. Pada saat itu, dunia
kedokteran barat melihat menopause sebagai krisis mendis yang berpotensi menyebabkan
berbagai penyakit. Pada pertengahan abad XX pandangan ini berubah. Saat ini
menopause dianggap sebagai kejadian alami dalam hidup seorang wanita. Di
Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses
berubah ke arah menopause itu sendiri sudah dimulai sejak wanita berusia 40
tahun. Masa ini dikenal sebagai masa premenopause/ klimakterium.
B.
TANDA-TANDA
KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE
1.
KLIMAKTERIUM
Masa ini ditandai denngan berbagai
macam keluhan endokrinologis dan vegetatif, yaitu, terjadi perubahan pada
ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan
menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid. Dan ditandai dengan turunnya
kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.
Tanda dan gejala klimakterium terbagi menjadi :
a.
Pramenopause : perdarahan tidak
teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan hipermenore.
b.
Gangguan neurovegetatif
(vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup:
ü
gejolak panas (hot flushes)
ü
keringat malam yang banyak
ü
rasa kedinginan
ü
sakit kepala
ü
desing dalam telinga
ü
tekanan darah yang goyah
ü
berdebar-debar
ü
susah bernafas
ü
jari-jari atrofi
ü
gangguan usus (meteorismus)
c.
Gangguan psikis :
ü
mudah tersinggung
ü
depresi
ü
lekas lelah
ü
kurang bersemangat
ü
insomania atau sulit tidur
d.
Gangguan organic
ü
infark miokard (gangguan sirkulasi)
ü
atero-sklerosis
(hiperkolesterolemia)
ü
osteoporosis
ü
gangguan kemih (disuria)
ü
nyeri senggama (dispareunia)
ü
kulit menipis
ü
gangguan kardiovaskuler
Menurut Helena (1973), klimakterium ini diawali dengan
satu fase pendahuluan atau fase preliminer yang menandai satu proses
“pengahiran”. Munculah tanda-tanda antara lain :
a.
Menstruasi menjadi tidak lancar atau
tidak teratur, datang dalam interval waktu yang lebih lambat atau lebih awal.
b.
Haid yang keluar banyak sekali, atau
malah sedikit sekali.
c.
Muncul gangguan vasotoris berupa
penyempitan atau pelebaran pembuluh darah.
d.
Merasa pusing-pusing, sakit kepala
terus menerus.
e.
Berkeringat terus-terusan.
f.
Neuralgia atau nyeri syaraf
terus-terusan.
Semua gejala ini adalah fenomena klimakteris, akibat
perubahan fungsi kelenjar hormonal. Terjadi pula erosi kehidupan spikis,
sehingga terjadilah krisis yang terwujud dalam gejala-gejala psikologis seperti
: depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan meledak marah, banyak kecemasan,
sulit tidur, sukar tidur karena bingung dan gelisah. Gejala-gejala ini dapat
dianggap sebagai “jeritan minta tolong” agar wanita tersebut masih
diperbolehkan meneruskan aktivitasnya.
2.
MENOPAUSE
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
ü Pramenopause
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai
merasakan gejala menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia 40 tahun)
dan pada masa siklus haid benar-benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa
pramenopause akan terjadi perubahan fisik yang berarti.
ü Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause hanya
bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun penuh.
ü Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata
lain, pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya, keadaan fisik
dan psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dii dengan perubahan-perubahan
hormonalnya.
Turunnya fungsi ovarium
mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang di
dalam tubuh kita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan
perubahan-perubahan :
1. Perubahan
Organ Reproduksi
Akibat
berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan mengalami gangguan,
diantaranya :
a. Uterus
Uterus
mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan hilangnya cairan
dan perubahan bentuk jaringan ikat interstesial. Serabut otot miometrium
menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan menonjol.
b. Tuba Falopi
Lipatan-lipatan
tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis mendatar
dan silia menghilang.
c. Serviks
Serviks akan
mengkerut, epitelnya menipis dan mudah cedera. Kelenjar endoservikal juga
atropi dan lendir serviks menjadi berkurang.
d. Vagina
Terjadinya
penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae, berkurangnya vaskularisasi,
elastistik yang berkurang, sekret vagina menjadi encer.
e. Dasar
pinggul
Kekuatan dan
elastistik menghilang, karena atrofi dan melemahnya daya sokong prolaps utero
vaginal.
f. Perineum dan
anus
Lemak
subcutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus
spincter melemah dan menghilang.
g. Vesica
Urinaria
Aktivitas
kendali otot kandung kemih menurun sehingga lebih sering ingin buang
air kencing.
h. Payudara
Bentuk
payudara akan mengecil, mendatar dan mengendor. Hal ini terjadi karena pengaruh
atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu mengecil dan pigmentasinya
berkurang.
2. Perubahan
Hormon
Pada kondisi
menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi
berkurang. Begitu juga perubahan yang terjadi pada hormon progesteron.
Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit,
jarang, bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak
tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.
3. Perubahan
Fisik
Ketika seseorang memasuki masa
menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang
dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher
dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa
panas atau dingin, pusing, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan
berdebar-debar .
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala
dari menopause yaitu:
a. Ketidakteraturan
Siklus Haid
Tanda paling
umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu,
tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai
dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid
yang normal. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun
pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih.
b. Gejolak Rasa
Panas (Hot flushes)
Arus panas
biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai
haid benar-benar berhenti. Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah
dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini
berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai keringat banyak. Ketika
terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini
sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
c. Kekeringan
Vagina
Perubahan
pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga dapat
menimbulkan rasa sakit saat berhubungan intim. Selain itu, akibat berkurangnya
estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan penunjang
dan elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina mengandung banyak
reseptor estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa sakit dalam berhubungan
seksual.
d. Perubahan
Kulit
Estrogen
berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit
akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah,
leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti
kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.
e. Keringat
Berlebihan
Pancaran
panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu
yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara mendadak menjadi panas sehingga tubuh
menjadi berkeringat. Gejala ini sering dialami pada malam hari.
f. Gangguan
Tidur
Kurang
nyenyak tidur pada malam hari menurunkan kualitas hidup wanita
menopause.Estrogen memiliki efek terhadap kuaitas tidur. Reseptor estrogen
telah ditemukan di otak yang mengatur tidur.
g. Perubahan
pada Mulut dan Hidung
Kekurangan
estrogen menyebabkan perubahan mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut,
aliran darah berkurang, terasa kering dan mudah terkena gingivitis. Kandungan
air liur juga mengalami perubahan. Pemberian estrogen dapat mengurangi keluhan
tersebut.
h. Gangguan
pada Otot dan Sendi
Banyak
wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Sebagian wanita, nyeri sendi
erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi. Timbulnya osteoartrosis
dan osteoartritis dapat dipicu oleh kekurangan estrogen, karena kekurangan
estrogen menyebabkan kerusakan matrik kolagen sehingga tulang rawan ikut rusak.
Kejadiannya meningkat dengan meningkatnya usia
4. Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita
menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam
menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan
atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan wanita menopause
tersebut.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika
menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian,
tidak sabar, tegang, cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga
diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak
dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas
karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang
merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ingatan
menurun
Gejala ini
terlihat bahwa sebelum irienopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun
sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering
lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung
ingat.
b. Kecemasan
Banyak
ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi
pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Kecemasan
pada ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada
orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan
semangat/dukungan dari orang di sekitarnya, namun ada juga yang terus-menerus
cemas, meskipun orang-orang disekitamya telah memberi dukungan. Akan tetapi
banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan
yang berarti dalam kehidupannya.
c. Stress
Tidak ada
orang yang bisa lepas dari rasa cemas, termasuk para lansia menopause.
Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga bahkan menyelusup ke dalam tidur.
Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas
kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit.
d. Depresi
Dari penelitian-penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9,00% s/d 26,00% wanita dan
5,00% s/d 12,00% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam
kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,50% s/d 9,30% wanita dan
23,00% s/d 3,20% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian
secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan
menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering
merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena
kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, dan kehilangan daya tarik. Wanita
merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.
Depresi dapat menyerang wanita untuk
satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan
fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi
beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai
atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit
dihindarkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar