Cari Blog Ini

Kamis, 09 Januari 2014

KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE

1.      KLIMAKTERIUM
Istilah klimakterium berasal dari kata Yunani yang berarti “anak tangga” dan mengandung hubungan yang sama dengan menopause seperti istilah pubertas dengan menarche. Klimakterium merujuk pada waktu dalam kehidupan seorang wanita yang dikenal kaum awam sebagai “perubahan hidup”.
Klimakterium adalah masa yang bermula dari tahap reproduksi sampai berakhir pada awal senium, yaitu pada wanita berumur 40 – 65 tahun. Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala menopouse. Periode ini dapat berlangsung antara 5 tahun sebelum dan sesudah menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun. Masa-masa klimakterium :
1)      Pra menopause            : Masa antara usia 40 tahun dan dimulainya siklus haid tidak teratur
2)      Perimenopause
(klimakterium) : Masa perubahan antara premenopause dan menopause, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dan disertai pula dengan perubahan-perubahan fisiologik, termasuk juga masa 12 bulan setelah menopause.
3)      Menopause                  : Haid terakhir yang masih dikendalikan oleh fungsi hormone  ovarium
4)      Pasca menopause        : adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause (kartini kartono.1992)


2.      MENOPAUSE
Menopause didefinisikan secara klinis sebagai suatu periode ketika seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi karena produksi hormonnya berkurang atau berhenti. Menopause merupakan suatu fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur.

Gambar wanita ketika menopause
Istilah menopause pertama kali digunakan pada tahun 1972. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu meno yang berarti bulan dan paussis yang berarti berhenti. Pada saat itu, dunia kedokteran barat melihat menopause sebagai krisis mendis yang berpotensi menyebabkan berbagai penyakit. Pada pertengahan abad XX pandangan ini berubah. Saat ini menopause dianggap sebagai kejadian alami dalam hidup seorang wanita. Di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses berubah ke arah menopause itu sendiri sudah dimulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa premenopause/ klimakterium.

B.     TANDA-TANDA KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE

1.      KLIMAKTERIUM
Masa ini ditandai denngan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif, yaitu, terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid. Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.

Tanda dan gejala klimakterium terbagi menjadi :
a.       Pramenopause : perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, dan hipermenore.
b.      Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang mencakup:
ü  gejolak panas (hot flushes)
ü  keringat malam yang banyak
ü  rasa kedinginan
ü  sakit kepala
ü  desing dalam telinga
ü  tekanan darah yang goyah
ü  berdebar-debar
ü  susah bernafas
ü  jari-jari atrofi
ü  gangguan usus (meteorismus)

c.       Gangguan psikis :
ü  mudah tersinggung
ü  depresi
ü  lekas lelah
ü  kurang bersemangat
ü  insomania atau sulit tidur

d.      Gangguan organic
ü  infark miokard (gangguan sirkulasi)
ü  atero-sklerosis (hiperkolesterolemia)
ü  osteoporosis
ü  gangguan kemih (disuria)
ü  nyeri senggama (dispareunia)
ü  kulit menipis
ü  gangguan kardiovaskuler

Menurut Helena (1973), klimakterium ini diawali dengan satu fase pendahuluan atau fase preliminer yang menandai satu proses “pengahiran”. Munculah tanda-tanda antara lain :
a.     Menstruasi menjadi tidak lancar atau tidak teratur, datang dalam interval waktu yang lebih lambat atau lebih awal.
b.    Haid yang keluar banyak sekali, atau malah sedikit sekali.
c.     Muncul gangguan vasotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah.
d.    Merasa pusing-pusing, sakit kepala terus menerus.
e.    Berkeringat terus-terusan.
f.     Neuralgia atau nyeri syaraf terus-terusan.
Semua gejala ini adalah fenomena klimakteris, akibat perubahan fungsi kelenjar hormonal. Terjadi pula erosi kehidupan spikis, sehingga terjadilah krisis yang terwujud dalam gejala-gejala psikologis seperti : depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan meledak marah, banyak kecemasan, sulit tidur, sukar tidur karena bingung dan gelisah. Gejala-gejala ini dapat dianggap sebagai “jeritan minta tolong” agar wanita tersebut masih diperbolehkan meneruskan aktivitasnya.

2.      MENOPAUSE
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
ü  Pramenopause
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai merasakan gejala menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia 40 tahun) dan pada masa siklus haid benar-benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa pramenopause akan terjadi perubahan fisik yang berarti.

ü  Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun penuh.



ü  Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata lain, pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya, keadaan fisik dan psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dii dengan perubahan-perubahan hormonalnya.
Turunnya fungsi ovarium mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang di dalam tubuh kita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan perubahan-perubahan :

1.      Perubahan Organ Reproduksi
Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan mengalami gangguan, diantaranya :
a.       Uterus
Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstesial. Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan menonjol.

b.      Tuba Falopi
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang.

c.       Serviks
Serviks akan mengkerut, epitelnya menipis dan mudah cedera. Kelenjar endoservikal juga atropi dan lendir serviks menjadi berkurang.

d.      Vagina
Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae, berkurangnya vaskularisasi, elastistik yang berkurang, sekret vagina menjadi encer.



e.       Dasar pinggul
Kekuatan dan elastistik menghilang, karena atrofi dan melemahnya daya sokong prolaps utero vaginal.

f.       Perineum dan anus
Lemak subcutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus spincter melemah dan menghilang.

g.      Vesica Urinaria
Aktivitas kendali otot kandung kemih menurun sehingga lebih sering ingin buang air  kencing.

h.      Payudara
Bentuk payudara akan mengecil, mendatar dan mengendor. Hal ini terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu mengecil dan pigmentasinya berkurang.

2.      Perubahan Hormon
Pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Begitu juga perubahan yang terjadi pada hormon progesteron. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.

3.      Perubahan Fisik

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pusing, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar .
Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a.       Ketidakteraturan Siklus Haid
Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih.

b.      Gejolak Rasa Panas (Hot flushes)
Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai keringat banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.

c.       Kekeringan Vagina
Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga dapat menimbulkan rasa sakit saat berhubungan intim. Selain itu, akibat berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan penunjang dan elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa sakit dalam berhubungan seksual.

d.      Perubahan Kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.

e.       Keringat Berlebihan
Pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu udara mendadak menjadi panas sehingga tubuh menjadi berkeringat. Gejala ini sering dialami pada malam hari.

f.       Gangguan Tidur
Kurang nyenyak tidur pada malam hari menurunkan kualitas hidup wanita menopause.Estrogen memiliki efek terhadap kuaitas tidur. Reseptor estrogen telah ditemukan di otak yang mengatur tidur.

g.      Perubahan pada Mulut dan Hidung
Kekurangan estrogen menyebabkan perubahan mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering dan mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan. Pemberian estrogen dapat mengurangi keluhan tersebut.

h.      Gangguan pada Otot dan Sendi
Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Sebagian wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi. Timbulnya osteoartrosis dan osteoartritis dapat dipicu oleh kekurangan estrogen, karena kekurangan estrogen menyebabkan kerusakan matrik kolagen sehingga tulang rawan ikut rusak. Kejadiannya meningkat dengan meningkatnya usia

4.      Psikologis
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan wanita menopause tersebut.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a.       Ingatan menurun
Gejala ini terlihat bahwa sebelum irienopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.

b.      Kecemasan
Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Kecemasan pada ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari orang di sekitarnya, namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitamya telah memberi dukungan. Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang berarti dalam kehidupannya.

c.       Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas dari rasa cemas, termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit.
d.      Depresi
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9,00% s/d 26,00% wanita dan 5,00% s/d 12,00% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,50% s/d 9,30% wanita dan 23,00% s/d 3,20% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada pria.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, dan kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar