KANKER PAYUDARA
Definisi
Kanker payudara (karsinoma payudara)
adalah tumor ganas yang tumbuh di jaringan payudara. Jenis kanker ini sering
terjadi pada wanita dan tidak menutup kemungkinan jika terjadi pada kaum pria,
hanya saja kasusnya sangat jarang.
Dalam istilah kedokteran, semua
benjolan disebut tumor. Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas,
tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor ganas
yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan
jaringan penunjangnya (Anonim, 2009).
B. Etiologi
Penyebab kanker payudara tidak
diketahui, tetapi payudara merupakan alat seks sekunder yang selalu menerima
rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi, pada saat hamil, dan laktasi
(menyusui). Sel-sel yang sensitif terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas (Manuaba, 2010).
Meskipun penyebab kanker payudara
tidak diketahui, riset mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat meningkatkan
risiko pada individu tertentu, yang meliputi:
1.
Keluarga yang memiliki riwayat penyakit serupa.
2.
Usia yang makin bertambah.
3.
Kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun.
4.
Faktor hormonal baik estrogen maupun androgen (Anonim,
2011).
5. Wanita yang belum pernah hamil dan
melahirkan
6. Kehamilan pertama terjadi setelah
berumur 30 tahun
7. Mendapat menstruasi pertama pada
usia di bawah 12 tahun dan menopause setelah usia 55 tahun.
8. Bahan kimia - Beberapa penelitian
telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat
di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko
terjadinya kanker payudara.
9. Penggunaan DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita kanker payudara.
Perlu diingat bahwa faktor-faktor
yang disebutkan di atas tidaklah selalu dapat memicu serangan kanker payudara,
namun seringkali riwayat hidup seseorang yang terkena kanker payudara
berhubungan dengan faktor-faktor tersebut.
C. Patofisiologi
Beberapa jenis kanker payudara
sering menunjukkan disregulasi hormon HGF dan onkogen Met, serta ekspresi
berlebihan enzim PTK-6. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel
normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari
tahap inisiasi dan promosi.
1.
Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi suatu
perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan
dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebutkarsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam
sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan
terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara dan lobualveologenesis pada sel
epitelial payudara, diperkirakan
berperan sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada
sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi
dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh karena estrogen merupakan
hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel
epitelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal dan morfogenesis kelenjar.
2.
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu
sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu
diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.
3.
Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang
merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara. Beberapa diantaranya
disertai dengan komplikasi lain (Anonim, 2012).
D. Stadium Dan Grade Dalam Kanker Payudara
Salah satu cara yang di gunakan untuk
menggambarkan stadium dari kanker adalah system TNM. System ini menggunakan
tiga criteria untuk menentukan stadium kanker. Yaitu :
1.
Tumor itu sendiri.
Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya ( T, Tumor )
2.
Kelenjar getah bening
di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar getah bening
disekitarnya? ( N, Node )
3.
Kemungkinan tumor telah
menjalar ke organ lain ( M, Metastasis )
STADIUM
a.
STADIUM 0 :
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer. Yaitu
kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan
kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.
b.
STADIUM I
Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening
c.
STADIUM IIa :
Pasien pada kondisi ini :
· Diameter
tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik
pada saluran getah bening di ketiak ( axillary limph nodes )
· Diameter
tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum menyebar ke
titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak ( axillary limph nodes ).
· Tidak
ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di
pembuluh getah bening ketiak.
d.
STADIUM IIB :
Pasien pada kondisi ini :
1.
Diameter tumor lebih
lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm.
2.
Telah menyebar pada
titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.
3.
Diameter tumor lebih
lebar dari 5 cm tapi belum menyebar.
e.
STADIUM III A :
Pasien pada kondisi ini :
· Diameter
tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening ketiak.
· Diameter
tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening ketiak.
f.
STADIUM III B :
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa
juga luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast
Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh
getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari
organ tubuh.
g.
STADIUM IIIC :
Sebagaimana stadium IIIB, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada
pembuluh getah bening dalam group N3 ( Kanker telah menyebar lebih dari 10
titik disaluran getah bening dibawah tulang selangka ).
h.
STADIUM IV :
Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang
jauh, yaitu :
Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.
Tulang, paru-paru,liver atau tulang rusuk.
GRADE
Untuk mengetahui Grade
Kanker, sample-sample hasil biopsy dipelajari dibawah microscope. Suatu grade
kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana bentuk sel kanker dan
perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. Ini akan memberi petunjuk pada
team dokter seberapa cepatnya sel kanker itu berkembang.
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara :
Berikut adalah Grade dalam kanker payudara :
GRADE 1 :
Ini adalah grade yang
paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang, biasanya tidak menyebar.
GRADE 2 :
Ini adalah grade tingkat
sedang
GRADE 3 :
Ini adalah grade yang
tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya menyebar.
E. Tanda dan Gejala
Tanda awal dari kanker payudara
adalah ditemukannya benjolan yang terasa berbeda pada payudara. Jika ditekan,
benjolan ini tidak terasa nyeri. Awalnya benjolan ini berukuran kecil, tapi
lama kelamaan membesar dan akhirnya melekat pada kulit atau menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau puting susu. Berikut merupakan gejala kanker
payudara, yaitu:
1.
Benjolan pada payudara yang berubah bentuk atau ukuran.
2.
Kulit payudara berubah warna (dari merah muda menjadi coklat
hingga seperti kulit jeruk).
3.
Puting susu masuk ke dalam (retraksi). Bila tumor sudah
besar, salah satu puting susu tiba-tiba lepas atau hilang.
4.
Bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang
timbul.
5.
Kulit payudara terasa seperti terbakar.
6.
Payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, tanpa
menyusui.
7.
Adanya borok (ulkus). Ulkus akan semakin membesar dan
mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara.
8. Pada stadium lanjut bisa timbul
nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit
9.
Payudara sering berbau dan mudah berdarah (Anonim, 2009).
F. Klasifikasi
Ada 2 macam klasifikasi kanker
payudara, yakni klasifikasi patologik dan klasifikasi klinik.
1. Klasifikasi Patologik
a.
Kanker puting payudara (Paget’s disease).
Paget’s
disease adalah bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya sebagai
eksema menahun puting susu, yang biasanya merah dan menebal.
b.
Kanker duktus laktiferus: papillary, comedo, adeno carcinoma
dengan banyak fibrosis (scirrhus), medullary carcinoma dengan infiltrasi
kelenjar.
c.
Kanker dari lobulus.
Ini
yang timbul sering sebagai carcinoma in situ denga lobulus yang membesar.
2. Klasifikasi Klinik
Kanker payudara, di samping
klasifikasi patologik, juga mempunyai klasifikasi klinik. Sebelum 1968, di
klinik bedah sering dipakai klasifikasi Steinthal.
a) Steinthal
I : Kanker
payudara sampai 2 cm besarnya dan tidak mempunyai anak sebar.
b)
Steinthal
II : Kanker payudara
2 cm atau lebih dengan mempunyai anak sebar di kelenjar
ketiak.
c)
Steinthal
III : Kanker payudara 2 cm
atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra dan
supraklavikular; atau infiltrasi ke fasia pektolaris atau ke kulit; atau kanker
payudara yang apert (memecah ke kulit).
d)
Steinthal
IV : Kanker payudara dengan
metastasis jauh, misalnya ke tengkorak, atau tulang punggung, atau paru-paru,
atau hati dan panggul (Prawirohardjo, 2008).
G. Pencegahan
Pada prinsipnya strategi pencegahan
dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, begitu pula pada kanker payudara,
pencegahan yang dilakukan antara lain berupa:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker
payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan agar orang hidup sehay
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko.
Pencegahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga memperkecil faktor risiko terkena
kanker payudara.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan
terhadap individu. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini,
salah satunya dengan menggunakan mammografi.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya
diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.
Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita (Anonim,
2012).
H. Penanganan
Ada beberapa penanganan kanker
payudara yang tergantung pada stadium klinik penyakitnya, yaitu:
1.
Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pangengkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi, yaitu:
a.
Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
b.
Total (Simple) Mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar ketiak.
c.
Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
2.
Radiasi
Radiasi adalah
proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa
di payudara setelah operasi.
3.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian
obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau
melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis.
Tidak hanya sel kanker di payudara, tapi juga seluruh tubuh.
4.
Lintasan Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa
penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk
melawan osteoporosis yang diinduksi oleh overian suppression, hiperkalsemia dan
kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan
metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Walaupun pada umumnya asupan asam
bifosfonat dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat
menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal
(Anonim, 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar